Headlines News :
Home » » Ajax untuk ke 31 kalinya menjadi juara Liga Belanda

Ajax untuk ke 31 kalinya menjadi juara Liga Belanda

Written By Unknown on Selasa, 29 Mei 2012 | 22.55

Ajax untuk ke 31 kalinya menjadi juara Liga Belanda. Prestasinya itu bisa dibilang luar biasa karena klub tersebut menghadapi tahun-tahun penuh ujian sepanjang sejarahnya.
Berbagai persoalan semakin menumpuk seperti kericuhan dalam manajemen, pengadilan, maupun di lapangan. Tapi di akhir musim, Ajax mampu menggondol piala juara. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Satu musim yang penuh dengan krisis dan titik balik.

Krisis 1: Perang dalam tubuh manajemen
Kekacauan yang jarang muncul dalam direksi. Dewan komisaris baru, antara lain terdiri dari Johan Cruijff, harus mencari direktur baru. Direksi lama baru disusun beberapa pekan sebelumnya ketika Cruijff memulai revolusinya di Ajax.
Semua calon, termasuk Marco van Basten, bertengkar dengan Cruijff serta komisaris-komisaris lainnya. Inti persoalan menurut Cruijff: ‘Mereka melihat Ajax sebagai perusahaan yang tercatat dalam bursa. Saya melihat Ajax sebagai klub sepakbola.’
Bom dalam tubuh direksi meledak pertengahan November lalu ketika ketua Dewan Komisaris Steven ten Have mengumukan Louis van Gaal sebagai direktur baru. Van Gaal, adalah pelatih dan sekaligus ikon Ajax yang berhasil, tapi merupakan musuh bebuyutan Cuijff. Cruijff mengumbar kemarahannya di luar meja perundingan. ‘Mereka di Ajax sudah gila semuanya,’ kata Cruijff. Ini segera disusul dengan saling lempar tudingan, permainan politik, kebocoran ke pers dan bahkan cerita-cerita mengenai Cruijff yang katanya rasis. Ajax ibarat kapal tanpa nahkoda dan suasannya menegangkan. Pertikaian harus diselesaikan di ruang pengadilan.

Krisis 2: kutak kutik di lapangan
Ajax memang juara bertahan tapi di lapangan situasinya runyam. Pelatih Frank de Boer harus menghadapi banyak anak latihnya yang mengalami cedera dan ia kehilangan sentuhan magisnya. Masa paling buruk mencapai puncaknya Februari lalu. Dalam satu pekan Ajax kalah 4-2 dari musuh bebuyutan Feyenoord dan kalah dari FC Utrecht 0-2 di kandang sendiri. Ajax melorot ke urutan ke enam dengan perbedaan tiga belas poin di belakang pemimpin AZ. Koran-koran meluluhlantakkan Ajax, dan bahkan Frank de Boer mengakui bahwa predikat juara itu akan hilang.

Krisis 3: drama di Liga Champions
Pada akhir hari pertandingan grup Liga Champion, Ajax meraih tiga poin lebih banyak dan memiliki jumlah goal yang lebih baik dibandingkan lawannya Olympique Lyon. Tapi, hal itu segera berubah: Ajax kalah 0-3 dari Real Madrid, di mana dua goal Ajax dinyatakan tidak sah. Pada saat sama, Lyon menang 7-1 dari Dinamo Zagreb. Muncul desas desus mengenai penyuapan. Salah satu pemain Dinamo tampak tertawa dan mengedipkan mata sesudah satu goal lawan. Dalam Liga Eropa ini Ajax akhirnya kalah dari Manchester United, walaupun menang 2-1 di Inggris.

Krisis 4: halaman hitam dalam liga KNVB
Babak per delapan final lawan AZ dibayangi dengan insiden di lapangan, di mana seorang fans Ajax masuk lapangan dan mencoba menendang penjaga gawang AZ, Esteban. Padahal Ajax sudah pada posisi 1-0. Namun Esteban cukup sigap dan bahkan berhasil menendang sang perusuh. Adegan tersebut ditayangkan di seluruh dunia.
AZ menolak melanjutkan pertandingan , Ajax didenda 10.000 euro dan duel harus diulang. Awalnya tanpa penonton, tapi sesudah berunding maka diputuskan hanyak anak-anak di bawah usia 12 tahun yang boleh menontonnya. Sebulan kemudian, 20 ribu anak menyaksikan Ajax kalah 2-3 dari AZ di kandang sendiri.

Krisis 5: Staf medis yang disangsikan
Sebanyak enam pemain (Gregory van der Wiel, Toby Alderweireld, Nicolai Boilesen, Miralem Sulejmani, Kolbein Sigthórsson dan Derk Boerrigter) cedera untuk waktu lama. Muncul kritik tajam terhadap program pelatihan serta pelatih medis. Maret lalu, tim medis mengumumkan untuk mundur.

Titik balik
Titik balik besar terjadi pada 7 Februari, hari ketika Johan Cruijjf menang dalam pengadilan banding lawan Steven ten Have. Cruijff memenangkan perebutan kekuasaan dalam Ajax, pengangkatan Louis van Gaal dibatalkan dan seluruh anggota Dewan Komisaris harus mundur. Hanya Cruijff saja yang boleh kembali, dalam perannya sebagai penasehat 'yang masih harus diisi'. Kebetulan atau tidak, sejak itu Ajax memenangi semua pertandingan, di mana semua lawannya mulai kehilangan poin. Rasa percaya diri muncul kembali dan Ajax mampu mengubah ketinggalan 13 poin menjadi keunggulan.
Apakah ini semua berkat Johan Cruijff? Menurut para pengamat, dua orang yang layak mendapat pujian: penyerang Belgia yang cemerlang Jan Vertonghen, yang diincar oleh klub-klub utama Eropa, dan pelatih Frank de Boer. Di tengah-tengah guncang ganjing manajemen, cedera, serta kekalahan demi kekalahan, dia tetap tenang dan yakin bahwa timnya, dengan bakat-bakat muda, akan bisa naik lagi. Akhirnya, Ajax mampu bersuara lantang lagi.

Sumber Artikel
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. seputar sepak bola - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger